PSEUDO EVALUATION MODEL
MODEL EVALUASI SEMU
Dibuat sebagai
bahan presentasi pada mata kuliah Evaluasi Program Pendidikan
Dosen
Pembimbing: Prof. Dr. Abdul Madjid Latief, MM., M.Pd.
Oleh
Musliadi
NIM
1008036268
PROGRAM
STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Jakarta
2012
Daftar Isi
Pengantar
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
Penulisan
D.
Metodologi
Penulisan
BAB II. KAJIAN
TEORI
A.
Definisi
Evaluasi Model Semu
B.
Pendekatan-pendekatan
yang ada pada Evaluasi Semu
a.
Public-relation-inspired
studies
b.
Politically
controlled studi
c.
Pandering
evaluation
d.
Evaluation
by pretext
e.
Empowerment
under the guise of evaluation
BAB III.
ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
A.
Evaluasi
Kebijakan
B.
Tipe
evaluasi kebijakan
C.
Evaluasi
dalam Analisis Kebijakan
D.
Hakikat
Evaluasi
E.
Pendekatan
Evaluasi Semu
F.
Fungsi
dan Pendekatan Evaluasi Kebijakan
BAB IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji hanya milik Allah Swt., hanya kepada-Nya kita menyembah dan hanya
kepada-Nya kita memohon pertolongan dan perlindungan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, Shahabat, tabi’in,
dan tabi’uttabi’in, serta para pengikutnya tsiqah mengikuti jejaknya.
Setelah
menela’ah beberapa literatur terkait dengan Manajemen sumber daya manusia,
penulis mencoba mengangkat tema tentang Evaluasi Model Semu, tema ini
kami anggap penting mengingat sangat urgennya sebuah pengambilan keputusan,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Terima
kasih kepada Dosen Pembimbing, Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM., M.Pd.
atas bimbingannya, semoga Allah memanjangkan usia kita dalam kebaikan.
Jakarta, 12 April 2012
Musliadi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi memiliki beberapa fungsi utama dalam analisis
kebijakan. Pertama dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang
valid dan dapat dipercaya mengenai kriteria kebijakan yaitu, seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan
publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan dan target
tertentu telah dicapai. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi
dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan
target dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Ketiga, evaluasi membari
sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk
perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja
kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan.
Evaluasi dapat juga menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru
atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang
diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.
Evaluasi mempunyai dua aspek
yang saling berhubungan; penggunaan berbagai macam metode untuk memantau hasil
kebijakan publik, program, dan aplikasi seangkaian nilai untuk menentukan
kegunaan hasil ini terhadap beberapa orang, kelompok, atau masyarakat secara
keseluruhan. Perhatikan bahwa aspek yang saling berhubungan ini menunjukkan
kehadiran fakta dan premis-premis nilai di dalam setiap tuntutan evaluative.
Namun banyak aktivitas yang diterangkan sebagai “evaluasi” dalam analisis
kebijakan pada dasarnya bersifat non-evaluatif – yaitu aktivitas-aktivitas tersebut
terutama ditekankan pada produksi tuntutan designative (faktual) ketimbang
tuntutan evaluative. Sehingga dibutuhkan suatu pendekatan untuk “penelitian
evaluasi” atau “evaluasi kebijakan”.
B.
Rumusan Masalah
Untuk
memudahkan dalam penulisan makalah ini, saya menfokuskan pada pembahasan
tertentu yang saya rumuskan ke dalam dua pertanyaan berikut ini:
1.
Apa
yang dimasksud Evaluasi Model Semu?
2.
Bagaimana
Model penerapan Evaluasi Semu dalam kebijakan publik?
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1.
Memahami
dengan baik definisi Evaluasi Model Semu
2.
Memahami
dengan baik Model Semu pada pendidikan
3.
Menambah
Khazanah keilmuan
4.
Memenuhi
tugas Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan
5.
Metodologi Penulisan
Metodologi
penulisan makalah ini adalah research library yang saya lakukan dengan
menela’ah buku-buku yang berkaitan dengan Evaluasi Program Pendidikan.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Pengertian Evaluasi Semu
Evaluasi Semu (pseudoevaluations) yaitu pendekatan yang mengunakan
meode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa untuk berusaha menanyakan tentang
manfaat atau nilai dari hasil-hasi tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat
secara keseluruhan. Asumsinya bahwa
ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti dengan
sendirinya (Self evident) atau tidak kontroversial.
Dalam
evaluasi ini secara khusus menerapkan bermacam-macam metode (desain eksperimental-semu,
kuesioner, random sampling, teknik setatistik) untuk menjelaskan variasi hasil
kebijakan yang ada (misalnya: jumlah lulusan pelatihan yang dipekerjakan,
Unit-unit pelayanan medis yang diberikan, keuntungan bersih yang dihasilkan)
diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.
Evaluasi Semu (Pseudo
Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil
kebijakan tanpa berusaha menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil
tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.
Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai
merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak
controversial.
Dalam evaluasi semu analis
secara khusus menerapkan bermacam-macam metode (rancangan ekspeimental-semu,
kuseioner, random sampling, teknik statistik) untuk menjelaskan
variasi hasil kebijakan sebagai produk dari variable masukan dan proses. Namun
setiap hasil kebijakan yang ada (misalnya, jumlah lulusan pelatihan yang
dipekerjakan, unit-unit pelayanan medis yang diberikan, keuntungan pendapatan
bersih yang dihasilkan) diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.
B.
Pendekatan-pendekatan yang ada pada Evaluasi Semu
1.
Public-Relation-Inspired Studies
(Studi-studi
yang diinspirasi dari Hubungan Kemasyarakatan)/promosi
Sebuah
kasus yang mirip dengan pseudoevaluation adalah studi yang direncanakan,
dilaksanakan dan digunakan untuk memenuhi tujuan hubungan kemasyarakatan. Pada
studi jenis ini, pelaksana utamanya adalah para propagandis informasi-informasi
yang dibutuhkan oleh publik. Tujuan dari studi ini adalah untuk membantu klien
menciptakan penilaian positif terhadap sebuah institusi, program, proses, dan
sejenisnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan panduan pada studi jenis ini
diperoleh dari para spesialis PR (public relation) dan para
administrator yang mengonsepsi pertanyaan-pertanyaan yang paling popular bagi
para konstituen.
Umumnya,
studi-studi hubungan kemasyarakatan mencari informasi yang bisa membantu dalam mengamankan dukungan publik terhadap
institusi atau program yang ada. Metodologi yang biasa digunakan pada
studi-studi hubungan kemsyarakatan
adalah metodologi survey, eksperimen, dan penggunaan jasa konsultan
“ahli”.
Kadangkala,
evaluator dan klien-kliennya adalah para konspirator untuk melakukan kedua
jenis studi tersebut. Dalam situasi yang berbeda, para evaluator yang meyakini
bahwa mereka melakukan penilaian yang tidak memihak pada kelompok atau individu
tertentu, menemukan bahwa klien mereka memiliki maksud lain. Di saat yang
tepat, klien mementahkan studi yang dilakukan dengan maksud menghasilkan
gambaran palsu yang diinginkan. Adalah sebuah keharusan bagi para evaluator
untuk lebih bersikap waspada dari pada biasanya menimbang hal ini sangat
potensial menimbulkan konflik; jika tidak demikian, tanpa mereka sadari, mereka
menjadi kaki tangan dari sebuah usaha penyesatan melalui kegiatan evaluasi.
Clancy
dan Horner memberi contoh pedih studi hubungan masyarakat yang seharusnya namun
tidak dilakukan untuk mendapatkan pelajaran berharga dari Perang Teluk 1991:
Di
negara-negara bersatu, para kepala staf gabungan dan masing-masing departemen
pelayanan diterbitkan “dipelajari” dokumen-dokumen yang dalam iklan sebenarnya
untuk program individu, persyaratan, atau layanan. Yang disebut “penelitian”
cenderung lebih mandiri yang kritis terhadap lembaga yang disponsori pekerjaan.
Dan terlalu banyak buku, monograf, studi, dan dokumen resmi salah saji fakta,
dengan tujuan menyelamatkan sistem senjata, doktrin militer, atau reputasi yang
layak tidak bisa sebaliknya didukung. Mereka PR dokumen, tidak jelas penilaian
jujur bermata, dan mereka bertujuan untuk mempengaruhi segera-to-datang
pengurangan anggaran dan perdebatan atas peran masing-masing layanan dan misi.
2.
Politically controlled Studi
(Evaluasi yang dikontrol secara politis)
Pada tipe ini, para pelaku evaluasi mendapat ancaman baik
terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi dari para klien. Para klien ini
mengawasi kerja mereka dalam evaluasi tertutup itu dengan tujuan mengamankan
langkah mereka untuk mendapatkan, menjaga, atau meningkatkan porsi mereka dalam
segi pengaruh, kekuasaan, dan kekayaan.
Pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat pada jenis evaluasi ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan klien dan kelompok-kelompok tertentu yang juga memiliki kterkaitan
dengan klien. Dua pertanyaan yang merupakan panduan utama dalam jenis evaluasi
ini adalah: Informasi apa yang menguntungkan jika suatu saat terjadi konflik?
Dan data apa yang menguntungkan jika suatu saat terjadi konfrontasi? Metodologi
yang biasanya digunakan pada evaluasi tertutup ini mencakup analisa dokumen,
observasi terhadap para partisipan, penelitian simulasi, investigasi tertutup,
dan pemeliharaan dokumen-dokumen rahasia. Biasanya, para klien menginginkan
informasi-informasi yang ada dilihat orang lain didapatkan seteknis mungkin, tetapi
mereka juga menginginkan jaminan bahwa penyebaran informasi tersebut dapat
dikontrol. Hal ini dikarenakan informasi-informasi tersebut akan diseleksi
sebelum dipublikasikan untuk memberikan gambaran yang menyimpang terhadap nilai
objek yang dievaluasi, atau informasi-informasi yang ada tersebut sama sekali
tidak dipublikasikan guna menutupi situasi yang sebenarnya. Pendekatan seperti ini dinamakan “pseudo-evaluation”.
Untuk
menjawab klaim-klaim yang menyatakan bahwa “evaluasi tertutup” ini hanya khayalan
saja (tidak nyata), penulis memaparkan kepada pembaca untuk mempertimbangkan
contoh berikut ini: Suatu ketika, seorang pengawas dari salah satu distrik di
suatu negara, dimana distrik tersebut merupakan distrik dengan jumlah sekolah
terbanyak, menyampaikan bahwa ia memiliki catatan informasi yang komprehensif
dari tiap sekolah yang ada di wilayahnya. Informasi-informasi itu mencakup
catatan prestasi siswa, kualifikasi para guru, penyampuran ras antara siswa dan
guru, anggaran belanja rata-rata per siswa, karakteristik sosio-ekonomi siswa,
lama jabatan rata-rata guru di sekolah-sekolah tersebut berdasarkan system yang
berlaku, dan seterusnya. Data-data ini banyak memaparkan informasi dari
sekolah-sekolah di wilayah terpencil. Ketika ditanya mengapa semua data yang
ada dalam catatan dokumen ditulis dengan pensil, pengawas tersebut menjawab
bahwa sangat penting baginya untuk selalu mendapatkan informasi terbaru
mengenai kondisi tiap sekolah yang ada di wilayahnya. Kendatipun demikian, ia
menambahkan, adalah sebuah hal yang penting bahwa masyarakat luas, dewan
rakyat, dan kelompok-kelompok minat dalam masyarakat, dalam hal-hal tertentu
tidak mendapatkan akses terhadap informasi yang ada – dimana terdapat
kekhawatiran bahwa pihak-pihak ini akan menggunakan informasi-informasi
tersebut untuk melakukan kejahatan di wilayahnya ataupun mengancam jabatannya
disana. Oleh karena itu, seorang asisten khusus dipekerjakan untuk selalu
memperbarui data, hanya diperbolehkan satu kopi data dan kopian tersebut
dikunci rapat di meja sang pengawas. Inti yang bisa diambil adalah, investigasi
tertutup yang dilakukan oleh sang pengawas dan publikasi informasi yang
selektif, jelas bukanlah bagian dari evaluasi yang sebenarnya, dimana tidak
terdapat keterbukaan. Menurut pandangan penulis, hal seperti ini adalah sebuah
contoh pseudoevaluation.
3.
Pandering Evaluation
(Evaluasi
Perantara)/calo/broker
Beberapa
evaluator sisihkan setiap komitmen untuk integritas layanan evaluasi tesis
dengan melayani keinginan klien pasti kesimpulan evaluasi sebelumnya, terlepas
dari kinerja aktual suatu program dan hasil. Dengan memberikan kesimpulan yang
diinginkan, evaluator sering memposisikan diri dengan baik dari klien. Hal ini
dapat menempatkan evaluator dalam posisi menguntungkan untuk melakukan evaluasi
tambahan untuk klien di masa depan.
Dalam
perantara dengan keinginan klien, penyelenggara memajukan evaluator adalah
kesimpulan disukai klien evaluasi, seringkali sebesar laporan yang
menguntungkan. Tujuan jangka pendek evaluator adalah untuk melakukan evaluasi
sedemikian, sebagai cara untuk mendukung dan memelihara hubungan dengan klien;
tujuan jangka panjang adalah untuk memenangkan kontrak evaluasi di masa depan.
Jangkauan
evaluator dan klien memiliki kesepakatan tentang pertanyaan yang akan ditangani
oleh evaluasi. Seringkali pertanyaan-pertanyaan ini ditentukan dalam perjanjian
pendanaan meliputi program yang akan dievaluasi dan dengan demikian dapat
berasal dari sebuah agen federal atau sponsor lainnya. Klien tidak terlalu
khawatir tentang sifat dari pertanyaan evaluasi tetapi bahwa “benar” jawaban
diberikan, bahkan jika mereka tidak benar. Tujuan klien adalah untuk
mendapatkan laporan kesimpulan program positif yang akan bisa diterima dengan
lembaga pendanaan atau mungkin papan yang mengatur. Jika beberapa pertanyaan
penyandang dana tidak dapat secara baik, klien dan evaluator eksternal mungkin
setuju untuk berkonsentrasi pada sedikit yang dapat dijawab dengan baik dan
tahan yang lain ditangguhkan.
Untuk
mendapatkan kesimpulan yang diinginkan, evaluator berkonsentrasi pada
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan menempatkan program dalam cahaya
menguntungkan. Evaluator lalu menggunakan metode yang pada wajah tampak
terdengar namun sebenarnya dapat menjadi bias dalam aplikasi mereka. Metode
yang sering dimanipulasi sedemikian rupa untuk menghasilkan data yang muncul
untuk mendukung kesimpulan evaluasi itu.
Pandering
evaluasi bertujuan untuk membantu evaluator membeli conctracts masa depan dari
klien tidak memiliki fitur penebusan. Mereka mungkin membantu klien menipu
sponsor mereka menjadi percaya program cacat sebenarnya suara, tapi ini adalah
merugikan serius untuk sponsor program dan konstituen dan praktek profesional
evaluasi
4. Evaluation
by Pretext
(Evaluasi
dengan dalih) / pembenaran
Evaluasi
oleh dalih ada ketika evaluator sungguh-sungguh dan jujur hasil untuk melakukan
evaluasi suara untuk melayani tujuan menyatakan bahwa, tidak diketahui oleh
evaluator, adalah menipu dan palsu. Dalam kasus seperti itu, klien bersalah
atas perselingkuhan yang menyesatkan evaluator. Evaluator bersalah dengan
melanjutkan evaluasi tanpa mengkonfirmasikan tujuan evaluasi yang dinyatakan
adalah tujuan sebenarnya.
Khas
pertanyaan dalam evaluasi oleh fokus pada program dalih adalah aspek negatif, tetapi
mereka mungkin lebih bervariasi tergantung pada tujuan tersembunyi dari
evaluasi itu. Evaluasi oleh dalih menggunakan pertanyaan evaluasi yang
dinyatakan oleh klien. Dengan demikian, metodologi bukanlah sumber masalah
dengan evaluasi oleh dalih. Pendekatan evaluasi tidak memiliki kualitas
penebusan dan dapat dilihat sebagai pengganggu aliran Machiavelli.
5.
Empowerment Under the Guise of Evaluation
(evaluasi
dibawah pemberdayaan)/kaki tangan
Ketika
upaya evaluator eksternal untuk memberdayakan sebuah kelompok untuk melakukan
evaluasi sendiri yang maju sebagai evaluasi eksternal atau mandiri, mereka
cocok label kami pemberdayaan dengan kedok evaluasi.
Sudah
kita melihat dua kekurangan dalam pemikiran mereka. Tidak ada klaim tentang
pemberdayaan orang dalam evaluasi pemberdayaan. Evaluasi Pemberdayaan tidak
dapat dan tidak berusaha untuk memberdayakan siapa pun. Orang memberdayakan
diri mereka sendiri. Evaluator pemberdayaan menciptakan lingkungan bagi orang
untuk memberdayakan diri mereka sendiri (Fetterman dan Wandersman, 2005).
Kedua,
tidak ada yang mengklaim bahwa evaluasi pemberdayaan adalah evaluasi eksternal
atau independen. Ini secara eksplisit bentuk evaluasi internal yang dirancang
untuk mendorong penentuan nasib sendiri dan perbaikan (dan memupuk bentuk
akuntabilitas internal – jenis yang berlangsung lama setelah evaluasi eksternal
resmi menghilang dan pihak berwenang mengalihkan perhatian mereka ke hal-hal
lain).
Aplikasi
ini memberikan evaluees kekuatan untuk menulis atau mengedit laporan sementara
atau akhir sementara mengklaim atau memberikan ilusi bahwa evaluator independen
disiapkan dan menyampaikan laporan atau setidaknya didukung laporan evaluasi
internal.
Kekuatan
evaluasi pemberdayaan adalah menggunakan proses. Semakin banyak orang mengambil
peran aktif dalam melakukan evaluasi mereka sendiri semakin besar kemungkinan
mereka adalah untuk: 1) menemukan temuan kredibel, dan 2) menerima dan
melaksanakan rekomendasi (karena mereka adalah milik mereka). Menulis dan /
atau mengedit merupakan bagian dari budidaya kepemilikan dan harus didorong
untuk akurasi. Evaluasi internal dapat didukung atau tidak oleh badan
eksternal, tapi itu bukan titik melakukan evaluasi pemberdayaan internal.
Intinya adalah untuk membangun kapasitas evaluasi internal.
Tujuan
pelatihan dan memberdayakan kelompok yang kurang beruntung untuk melakukan
evaluasi yang patut dipuji di kanan mereka sendiri. Namun kelompok
memberdayakan untuk melakukan evaluasi mereka sendiri tidak evaluasi.[1]
Ada sejumlah cara lain melaksanakan psudoevaluation untuk
memengaruhi temua evaluasi.
Pertama,
kriteria untuk menyeleksi evaluator.
Evaluator
mungkin diseleksi berdasarkan:
(a)
Imparsialitas
mereka atau keahlian professional mereka. Jika ini merupakan kriterianya,
evaluator tidak mungkin akan memenuhi kehendak politisi yang memerintahkan
dalam pelaksanaan evaluasi.
(b)
Simpati
evaluator terhadap program yang sangat memengaruhi antusiasmenya untuk
melaksanakan evaluasi. Akan tetapi, antusiasmen itu dapat bias terhadap
menentuka nilai dan manfaat program jika evaluator terpengaruh terhadap program
(c)
Kritik
evaluator terhadap program
(d)
Pemilihan
evaluator internal dan eksternal.
Kedua, pilihan
terhadap desain evaluasi dan metode pengumpulan data.
Keputusan
untuk memakai pendekatan kuantitatif atau kualitatif atau mengumpulkan data
yang dapat diletakkan dalam model analitis tertentu dapat menentukan terlebih
dahulu apa yang akan dibahas atau tidak dibahas dalam hasil evaluasi. Contoh
pemilihan desain tertentu misalnya, apakah memakai kelompok control (misalnya
desain eksprimen semu). Kelompok control dapat dikesampingkan untuk kepentingan
politik atau etika bukan berdasarkan alasan metodologi, misalnya:
(a)
Untuk
menghindari harapan pemberian konpensasi
(b)
Untuk
menghindari penolakan benefit yang diperlukan oleh suatu bagian masyaakat
(c)
Untuk
menghindari tekanan untuk perluasan proyek ke wilayah-wilayah kelompok control.
(d)
Untuk
menghindari meliputi kelompok-kelompok sensitive atau mudah berubah.
Ketiga,
pemilihan indicator-indikator dan instrument.
Keempat, pemilihan
para pemangku kepentingan yang diikutsertakan atau dikonsultasikan
Kelima, alokasi
anggaran dan dan waktu.
Karena
anggaran dan waktu di luar control sejumlah klien, memungkinkan pemberi order
evaluasi mencoba untuk membatasi waktu dan sumber-sumber untuk tidak meneliti
atau membahas isu tertentu.
Dengan
keterbatasan anggaran dan waktu, evaluator tidak dapat melakukan evaluasi
secara konprehensif dan hanya meneliti apa yang dipesan penyandang dana.
Keenam, dalam
pelaksanaan evaluasi.
Dalam
melaksanakan evaluasi dapat terjadi hal-hal yang mengarah kepada pseudoevaluation,
yaitu:
(a)
pertukaran peran dari evaluator
(b)
seleksi audiens untuk progress report dan temua awal
(c)
perputaran dinamika sosial
Ketujuh,
diseminasi pamakaian hasil evaluasi.
Hasil
evaluasi hanya bermanfaat diseminasikan secara meluas sehingga mereka yang
terkait dapat memenfaatkannya. Akan tetapi, dalam pseudoevaluation,
diseminasi hasil evaluasi dilakukan secara kolektif hanya kepada para pemangku
kepentingan, yaitu:
(a)
Seleksi
penelaah
Jika para
pemangku kepentingan yang diminta untuk menelaah hasil evaluasi maka balikannya
akan bersifat positif. Akan tetapi, jika penelaah dipilih yang menguntungkan
hasil evaluasi, maka tidak aka nada kritik.
(b)
Pilihan
bahasa
Di
Negara-negara berkembang, evaluasi yang disponsori oleh organisasi donor,
laporan evaluasi disusun dalam bahasa Inggris. Hanya sedikit hasil evaluasi
yang diterjemahkan dalam bahasa local, biasanya karena alasan anggaran dan
waktu. Keadaan ini menyebabkan mereka yang tidak mengerti bahasa Inggris tidak
akan dan dapat membaca hasil evaluasi.
(c)
Distribusi
laporan
Sering untuk
menghindari kritik hasil evaluasi didistribusikan hanya kepada orang tertentu.
Interes public akan dirugikan jika hasil evaluasi tidak disebarkan secara meluas.[2]
BAB
III
ANALISIS
DESKRIPTIF KUALITATIF
A.
Evaluasi Kebijakan
Evaluasi
kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
yang mencakup substansi, implementasi dan dampak (Anderson: 1975). Evaluasi
kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh
proses kebijakan.
Menurut
W. Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program.
Evaluasi
mencakup kesimpulan + klarifikasi + kritik + penyesuaian dan perumusan masalah
kembali.
Analisis
Kebijakan
Menurut
Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang
berbeda :
a)
Untuk
menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan
dengan cara menggambarkan dampaknya.
b)
Untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standard
atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. o
Tipe evaluasi
kebijakan :
James
Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe:
a)
Evaluasi
kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Menyangkut prihal kepentingan
(interest) dan ideologi dari kebijakan.
b)
Evaluasi
yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.
c)
Evaluasi
kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif program–program kebijakan yang
dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana
tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut dicapai. Menjawab kontribusi
dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Langkah
Evaluasi
Edward
A. Schuman mengemukakan 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:
1.
Mengidentifikasi
tujuan program yang akan dievaluasi
2.
Analisis
terhadap masalah
3.
Deskripsi
dan Standarisasi kegiatan
4.
Pengukuran
terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5.
Menentukan
apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau
karena penyebab yang lain.
6.
Beberapa
indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Evaluasi dalam
Analisis Kebijakan
1.
Sifat
Evaluasi
2.
Fokus
Nilai
3.
Interdependensi
Fakta-Nilai, Pemantauan : prasyarat
4.
Orientasi
Masa Kini dan Masa lampau –Ex Post, beda dengan tuntutan advokatif
5.
Dualitas
Nilai (tujuan-cara)
Fungsi
Evaluasi?
Evaluasi
memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
Pertama,
dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan
seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan target
tertentu.
Kedua,
evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Nilai juga dikritik dengan
menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan
masalah yang dituju. Dalam menanyakan
kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat menguji alternatif.sumber nilai
maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis,
legal, sosial, substantif).
Ketiga,
evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan
lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja
kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai
contoh, dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan
ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang
pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan
menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu
dihapus dan diganti dengan yang lain.
Hakikat
Evaluasi
Sebuah
kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. kebijakan harus diawasi, dan
salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan
untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna
dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai.
Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan” dengan
“kenyataan”.
Tujuan
pokok dari evaluasi bukanlah untuk menyalah-nyalahkan melainkan untuk melihat
seberapa besar kesenjangan antara pencapaian dan harapan dari suatu kebijakan
publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana mengurangi atau menutup kesenjangan
tersebut. Jadi evaluasi kebijakan bertujuan mencari kekurangan dan menutup
kekurangan.
Tiga
lingkup makna evaluasi kebijakan publik
1.
evaluasi
perumusan kebijakan.
2.
evaluasi
implementasi kebijakan.
3.
evaluasi
lingkungan kebijakan.
Fungsi evaluasi
kebijakan publik
Eksplanasi.
Melalui
evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu
generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang
diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengindentifikasi masalah,
kondisi dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
Kepatuhan.
Melalui
evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik
birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai dengan standar dan prosedur yang
ditetapkan oleh kebijakan.
Audit.
Melalui
evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok
sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.
Akunting.
Dengan
evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
Evaluasi
Formulasi Kebijakan Publik
Secara
umum, evaluasi formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi
kebijakan publik telah dilaksanakan:
Menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan, karena setiap
masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan publik berlainan.
Mengarah
kepada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus benar-benar
mengarah kepada inti permasalahannya.
Mengikuti
prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan maupun juga
dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah perumusan;
Mendayagunakan
sumber daya ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya waktu, dana,
manusia, dan kondisi lingkungan strategis.
Evaluasi
Implementasi Kebijakan Publik
Mengikuti
Prof. Sofyan Effendi, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan publik adalah
untuk mengetahui variasi dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk
menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu :
Bagaimana
kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya berkenaan dengan kinerja
implementasi publik (variasi dari outcome) terhadap variabel independen
tertentu.
Faktor-faktor
apa saja menyebabkan variasi itu? jawabannya berkenaan faktor kebijakan itu
sendiri, organisasi implementasi kebijakan, dan lingkungan implementasi
kebijakan yang mempengaruhi variasi outcome dari implementasi kebijakan.
OutPut/
keluarannya sepertia apa? Jawabannya sangat tergantung
Evaluasi
implementasi kebijakan dibagi tiga menurut timing evaluasi :
Evaluasi
sebelum pelaksanaan yang disebut William
Dunn (1999) sebagai evaluasi summatif.
Evaluasi
pada waktu pelaksanaan biasanya disebut evaluasi proses.
Evaluasi
setelah kebijakan yang juga disebut sebagai evaluasi konsekuensi (output)
kebijakan dan/atau evaluasi impak/pengaruh (output) kebijakan.
Tiga
Pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan Publik
1. Pendekatan Evaluasi
Semu
1.
Tujuan:
Menggunakan
metode deskriptif Untuk menghasilkan Informasi valid Tentang hasil kebijakan
2.
Asumsi:
Ukuran manfaat
atau terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial
3.
Bentuk-Bentuk
Utama:
Eksperimentasi
sosial Akuntansi sistem Sosial Pemeriksaan sosial Sintesis riset dan praktek
4.
Teknik:
Sajian grafik
Tampilan tabel Angka indeks Analisis seri waktu terinterupsi Analisis seri
terkontrol Analisis diskontinyu regresi
2.
Pendekatan Evaluasi Formal
1.
Tujuan:
Menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program
kebijakan.
2.
Asumsi:
Tujuan dan
Sasaran dari pengambilan dan administrator yang secara resmi diumumkan
merupakan ukuran yang tepat dan manfaat atau nilai.
3.
Bentuk-bentuk
Utama:
Evaluasi
perkembangan Evaluasi Eksperimental Evaluasi proses Retrospektif (expost)
evaluasi hasil retrospektif.
4.
Teknik:
Pemetaan
sasaran klarifikasi nilai kritik nilai pemetaan hambatan Analisis dampak saling
Disecounting
3.
Pendekatan Evaluasi Keputusan Teoritis
1.
Tujuan:
Menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku
kebijakan.
2.
Asumsi:
Tujuan dan sasaran
dari berbagai pelaku yang diumumkan secara formal ataupun diam merupakan ukuran
yang tepat dari manfaat atau nilai.
3.
Bentuk-bentuk
Utama:
Penilaian
tentang Dapat tidaknya Dievaluasi Analisis uitilitas multi-atribut.
4.
Teknik:
Brainstorming
Analisis argumentasi delphi kebijakan Analisis Survei Pemakai.
Menurut
Lester dan Stewart, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang
berbeda :
a)
Untuk
menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan
dengan cara menggambarkan dampaknya.
b)
Untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standard
atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tipe evaluasi
kebijakan
James Anderson
membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe:
a)
Evaluasi
kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Menyangkut prihal kepentingan
(interest) dan ideologi dari kebijakan.
b)
Evaluasi
yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu.
c)
Evaluasi
kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif program–program kebijakan yang
dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana
tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut dicapai. Menjawab kontribusi
dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Langkah
Evaluasi
Edward A.
Schuman mengemukakan 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:
1.
Mengidentifikasi
tujuan program yang akan dievaluasi
2.
Analisis
terhadap masalah
3.
Deskripsi
dan Standarisasi kegiatan
4.
Pengukuran
terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
5.
Menentukan
apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau
karena penyebab yang lain.
6.
Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Evaluasi dalam
Analisis Kebijakan
Sifat
Evaluasi
1.
Fokus
Nilai
2.
Interdependensi
Fakta-Nilai, Pemantauan : prasyarat
3.
Orientasi
Masa Kini dan Masa lampau –Ex Post, beda dengan tuntutan advokatif
4.
Dualitas
Nilai (tujuan-cara)
Fungsi
Evaluasi
Evaluasi
memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
Pertama,
dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa
jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan target
tertentu.
Kedua,
evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Nilai juga dikritik dengan
menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan
masalah yang dituju. Dalam menanyakan
kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat menguji alternatif.sumber nilai
maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis, ekonomis,
legal, sosial, substantif).
Ketiga,
evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan
lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja
kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan,
sebagai contoh, dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan
ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang
pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan
menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu
dihapus dan diganti dengan yang lain.
Evaluasi dan
Dampak Kebijakan
Bagian
akhir dari suatu proses kebijakan yang dipandang sebagai pra aktivitas yang
berurutan adalah Evaluasi Kebijakan.
Menurut
Lester dan Stewart (2000:126) evaluasi ditujukan untuk meihat sebagian-sebagian
kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah
dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.
Namun
pada dasarnya ketika seseorang hendak melakukan evaluasi kebijakan tiga hal
yang perlu diperhatikan: (1) bahwa evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi
informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini
berfungsi untuk menilai aspek instrumen (cara pelaksanaan) kebijakan dan
menilai hasil dari penggunaan instrumen tersebut. (2) evaluasi kebijakan
berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau target dengan masaah yang
dihadapi.
Dasar
asumsi yang digunakan adalah bahwa kebijakan politik dibuat untuk menyelesaikan
masalah-masalah publik, maka evaluasi harus menilai apakah tujuan yang telah
ditetapkan kebijakan tersebut benar-benar mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang ada.
(3)
evaluasi kebijakan berusaha juga untuk memberikan sumbangan pada kebijakan lain
terutama dari segi metodologi. Artinya, evaluasi kebijakan diupayakan untuk
menghasilkan rekomendasi dari penilaian-penilaian yang dilakukan atas kebijakan
yang dievaluasi.
Fungsi dan
Pendekatan Evaluasi Kebijakan
Ada
tiga fungsi dari evauasi kebijakan yang dapat dijabarkan disini, ialah:
pertama, evaluasi kebijakan harus memberikan informasi yang valid dan dipercaya
mengenai kinerja kebijakan daam evaluasi kebijakan melingkupi: (1) seberapa
jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan
kebijakan/program. (2) apakah tindakan yang ditempuh oleh Implementing Agencies
sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini
evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan hak azasi manusia
ketika kebijakan itu dilaksanakan. (3) bagaimana efek dan dampak dari kebijakan
itu sendiri. Dalam bagian ini evaluator kebijakan harus dapat memberdayakan
output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.
Kedua,evaluasi
kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target, sejatinya, tidak didasari oleh
kepentingan-kepentingan nilai dari suatu kelompok/golongan/partai tertentu. Ia
harus didasari atas nilai yang memang dibutuhkan oleh warga masyarakat.
Ketiga,
evauasi kebijakan berfungsi juga untuk memberikan sumbangan kepada aplikasi
metode-metode anaisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun
pada rekomendasi kebijakan.
William
Dunn (611-623) menyatakan bahwa ada beberapa pendekatan evaluasi kebijakan guna
menghasilkan penilaian yang baik. Pendekatan-pendekatan tersebut ialah:
evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi keputusan teoretis.
Evaluasi
Formal,tujuan evaluasi formal (formal evaluation) adalah untuk menghasilkan
informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan yang
didasarkan atas tujuan formal program kebijakan secara deskriptif.
Variasi-variasi
model evaluasi kebijakan formal. Yang pertama, evaluasi perkembangan. Dalam
varian ini evaluasi formal berupaya untuk menunjukkan kegiatan/aktivitas
evaluasi secara eksplisit yang diciptakan untuk melayani kebutuhan seharihari
staf program. Kedua, evaluasi proses restrospektif, yang meliputi pementauan/
evaluasi program setelah program tersebut diterapkan untuk jangka waktu
tertentu.
Varian
ketiga, evaluasi eksperimental, adalah evaluasi kebijakan yang lahir dari hasil
kondisi kontrol langsung terhadap masukan dan proses kebijakan. Dan, varian
terakhir, evaluasi hasil restrospektif, yang meliputi pemantauan dan evaluasi
hasil tapi tidak disertai dengan kontrol langsung terhadap masukan-masukan dan
proses kebijakan yang bisa dimanipulasi.
Ketiga,
evaluasi keputusan teoteris atau sering disebut dengan decision-theorretic
evaluation adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang menggunakan metode-metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan
valid menangani hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam pelaku kebijakan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model evaluasi semu ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu studi
hubungan masyarakat (public relation studies) dan studi yang dikontrol
oleh politik (politically controlled studies). Model evaluasi semu ini
seringkali digunakan dalam mengevaluasi kebijakan publik.
Ada sejumlah cara lain melaksanakan pseudoevaluation untuk
memengaruhi temuan evaluasi.
1.
Kriteria
untuk menyeleksi evaluator
2.
Pilihan
terhadap desain evaluasi dan metode pengumpulan data
3.
Pemilihan
indikator-indokator dan instrument
4.
Pemilihan
pemangku kepentingan yang diikutsertakan atau dikonsultasikan
5.
Alokasi
anggaran dan waktu
6.
Pelaksanaan
evaluasi, dan
7.
Diseminasi
pemakaian hasil evaluasi.
Sementara itu akan tidak realistis untuk merekomendasikan bahwa
administrator dan pengguna evaluasi lain tidak memperoleh dan menggunakan
informasi selektif untuk menjaga kelangsungan hidup politik, evaluator tidak
boleh meminjamkan nama mereka dan dukungan untuk evaluasi disajikan oleh klien
mereka yang menggambarkan set lengkap temuan yang relevan, menyajikan laporan
dipalsukan ditujukan untuk memenangkan kontes politik, atau melanggar hukum
yang berlaku atau perjanjian formal sebelum di rilis temuan. Jika evaluator
menyetujui dan dukungan evaluasi semu, mereka membantu mempromosikan dan
mendukung ketidakadilan, membuat keputusan menyesatkan, proyek dan konsep
evaluasi yang keliru, kepercayaan rendah dalam pelayanan evaluasi, dan
mendiskreditkan profesi evaluasi.
Bahkan ketika tujuan evaluator secara sosial yang konstruktif,
tidak berharga dicapai oleh kelompok-kelompok pemberdayaan untuk melakukan
evaluasi mereka sendiri jika mereka diajarkan bahwa bias essentialy laporan
diri, erroreously dikreditkan sebagai evaluasi independen, dapat diterima. Kita
perhatikan evaluator dapat memberikan umpan balik evaluatif swasta untuk klien
sah, asalkan evaluasi adalah suara dan sesuai dengan hukum yang bersangkutan,
undang-undang, kebijakan, dan perjanjian kontrak yang sesuai pada pengeditan
dan pelepasan temuan.
Daftar Pustaka
Wirawan. 2011. Evaluasi
Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali Persada.
Stufflebeam,
Daniel L. & Anthony J. Shinkfield. 2007. Evaluation Theory, Models, and
Applications.
Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www , SmsQQ , com
BalasHapusKeunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
bosku minat daftar langsung aja bosku^^